Total Pageviews

Wednesday, January 18, 2012

Tanjungpinang – Kota Gurindam Negeri Pantun

Kota dengan Wisata Sejarah dan Budaya

Pergi melaut menangkap ikan
Ikan di dapat ikan lebam
Selamat datang kami ucapkan kepada tuan dan puan
Di Tanjungpinang Kota Gurindam

Sebait pantun itu di ucapkan dari seorang pemandu wisata yang baru saja mengenalkan diri nya sebagai pemandu wisata di kota yang belum lama ini di nobatkan sebagai ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Kota yang dahulunya menjadi tempat yang bersejarah bagi perjalanan panjang Kerajaan Riau Lingga Johor dan Pahang. Pengaruh kerajaan ini banyak memiliki kaitan juga dengan Singapura yang dahulu dikenal dengan Kerajaan Temasek.

Pelabuhan yang melayani kapal ferry dari berbagai tujuan di Pulau Pulau yang tersebar di Provinsi yang jumlahnya lebih Kurang 2408 Pulau antara lain dari Lingga, Karimun, Batam dan juga dari Riau Daratan yaitu Kota Dumai, Selat Panjang. Pelabuhan yang menjadi pelabuhan utama sebagai pintu gerbang menuju Kota ini menjadi tempat yang sibuk dari arus penumpang baik yang tiba maupun yang hendak bepergian. Disebelah pelabuhan domestik terdapat pelabuhan ferry internasional yang melayani pelayaran dari dan ke Singapura maupun Johor Baru di Malaysia.

Setibanya di Kota ini wisatawan biasanya akan di bawa mengunjungi sebuah Pulau yang memiliki nilai sejarah tinggi dengan berbagai peninggalan peninggalan yang sangat memiliki nilai sejarah yang tinggi. Pulau Penyengat orang setempat memanggilnya yang menurut sejarahnya dan cerita masyarakat setempat Pulau ini dahulunya memiliki bebrapa nama yakni : Pulau air tawar, Pulau Indera Sakti, ada juga orang menyebutnya Pulau Mas kawin dan yang terakhir yang hingga saat ini orang orang mengenal Pulau Penyengat. Di Pulau ini banayak hal hal yang menarik seperti :

Masjid Sultan Riau Pulau Penyengat
Masjid ini dahulu dibangun dengan secara bergotong royong oleh masyarakat setempat, dibangun diatas pondasi yang tinggi dengan ornament dan design yang unik menjadikan Masjid ini terlihat indah dan kokoh walau dibangun dengan peralatan yang seadanya di jamannya namun mampu berdiri kokoh dan tegar sampai saat ini. Masyarakat setempat dan juga para pengunjung dapat melakukan ibadah di Masjid ini untuk shalat 5 (lima) waktu : Mahgrib, Isya, Subuh, Dzuhur, dan Ashar. Masjid ini juga di gunakan untuk shalat Jumat dan shalat shalat perayaan hari besar Islam. Menurut informasi dari orang orang tua setempat bahwa dahulu kala pembangunan Masjid ini dulu melibatkan arsitektur dari India yang juga pernah ikut membangun Taj Mahal, berkat saran beliau sewaktu masyaralat setempat yang ikut bergotong royong membangun Masjid ini dahulu tidak mengkonsumsi putih telur yang begitu banyak tidak di buang begitu saja namun untuk di campur dengan kapur  semen. Konon menurut beberapa literatur disebutkan bahwa telur yang dikirim itu bertongkang tongkang banyaknya.
Rasa damai dan sejuk sangat terasa tat kala memasuki Masjid ini dan di dalam Masjid ini terdapat beberapa benda bersejarah seperti 2 buah lemari yang isinya banyak terdapat manuskrip manusrip lama, sebuah Alquran yang di tulis tangan oleh  Abdurrahman Istambul. Di halaman Masjid terdapat 2 unit rumah sotoh yang digunakan sebagai tempat bagi masyarakat untuk berbagai kegiatan keagamanan

Makam Makam
Dengan menggunakan Becak Mesin pengunjung kemudian bisa mengunjungi Makam Raja Ali Haji yang merupakan Pahlawan nasional (Bapak Bahasa) kemudian Makan Raja Hamidah (Engku Putri) yang dikenal sebagai pemegang Regalia atau alat penobatan Sultan beliau juga dikenal sebagai pemilik Pulau Penyengat sebab konon ceritanya bahwa Pulau Penyengat itu dahulu di jadikan ”Mas Kawin ” saat beliau di persunting oleh Sultan Mahmud.

Makam lain yang bisa di kunjungi adala Makam Raja Haji Fisabilliah yang merupakan pahlawan Nasional (Perang Bahari) yang juga nama beliau banyak di gunakan sebagai Nama untuk monumnetal seperti ; Bandara Tanjungpinang, Jembatan Barelang di Batam, nama sekolah dan banyak lagi

Komplek Makan Raja Djakfar

Komplek Makam Raja Hamidah (Engku Putri) dan Makam Raja Ali Haji (Pahlawan Nasional )
Balai Adat Pulau Penyengat
Tempat ini bukanlah bangunan yang sudah tua namun hanya banguan bangsal besar yang dahulu pemerintah setempat menggunakan bangunan ini untuk acara acara kebudayaan. Dibangunan ini terdapat pelaminan Melayu sehingga pengunjung bisa berphoto di atas pelaminan teersebut. Dibawah balai Adat terdapat sebuah sumur yang airnya bening dan rasa nya tawar. Inilah bukti legenda yang dahulu orang mengenal pulau Penyengat sebagai Pulau Air tawar.

Istana Kantor
Bangunan yang dahulunya di gunakan sebagai Istana dan juga Kantor pada masa pemerintahan Yang dipertuan Muda Raja Ali Marhum Kantor. Bangunan ini memiliki keunikan di dalamnya terdapat sebuah ”toilet” yang bentuknyanya seperti lobang kunci, dan sebelah nya terdapat sebuah sumur, namun sumur ini tidak lagi dapat dipergunakan.

Senggarang (China Town)
Dengan menggunakan sebuah kapal motor atau di sebut Pompong perjalananan di lanjutkan menuju Senggarang sebuah kampung yang di dominasi oleh kaum Cina (tionghoa) di Kampung ini terdapat komplek kelentang tempat beribadah bagi masyarakat Cina.  Di Komplek ini terdapat sebuah patung yang besar dan beberapa patung patung kecil lainnya. Ada sebuah kolam yang isinya berupa ikan ikan Koi yang sengaja di pelihara oleh pengelola untuk menambah keindahan kawasan ini

Tidak begitu jauh dengan berjalan kaki Sebuah Kelenteng tua yang kira kira berumur 300 tahun bisa di kunjungi oleh para wisatawan. Di klenteng yang dindingnya sudah menyatu dengan akar sebatang pohon beringin. Di Klenteng yang masih di gunakan oleh masyarakat setempat untuk beribadah dan sering juga terlihat orang tua dan anak anak bermain dan bersantai di sekitar kelenteng ini

Kawasan Pasar
Kawasan ini selalu terlihat ramai dan sibuk dengan berbagai aktifitas jual beli antara pedagang dengan pembeli. Hiruk pikuk. setiap hari nya pasar ini mulai sibuk pada jam 08.00 hingga pukul 18.00. berbagai produk yang di jual oleh para pedagang di sekitar pasar ini.
Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah
Museum ini terbilang baru karena sejak tahun 2009 Museum ini diresmikan oleh Walikota Tanjungpinang. Museum ini di bangun menggunakan bangunan yang dahulunya dalah sekolah peninggalan Belanda dengan memugar dan menata beberapa bagian bangunan akhirnya bangunan ini di design menjadi Museum yang diberi nama Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah. Lokasi Museum berada di jalan Ketapang Kota Tanjungpinang. Di Museum ini terdapat beberapa ruang yang memajang berbagai peninggalan peninggalan yang memiliki nilai sejarah ada berupa manuskrip, ada meriam, alat perang, photo photo jaman Penjajahan Belanda. Di ruang yang lain ada khusus ruang Prosesi perkawinan adat Melayu  kemudian di ruang lain ada khusus keramik dan alat tangkap nelayan. 


Museum Malaka di Malaysia juga menjalin kerjasama dengan Museum ini khusus ada satu ruang yang banyak memberikan informasi berkaitan dengan Museum di Malaka tersebut.

Jam Buka                 : Selasa – Minggu / 09.00 hingga 16.00
Senin                      : Libur
Biaya Masuk            : Gratis

Event Event di Kota Tanjungpinang

1.    Revitalisasi Budaya Melayu : 17 s/d 20 Mei 2012
2.    Pentas Seni :
a.   10 Maret 2012
b.   07 April 2012
c.    07 Juni 2012
d.   10 November 2012
e.    30 Desember 2012
3.    Festival Teater dan pantun : 18 s/d 20 Oktober 2012
4.  Perayaan Hari Ulang Tahun Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah (Lomba Melukis, Lomba Baca Puisi, Lomba Busana Melayu) Maret 2012