Saya adalah seorang Hamba Allah SWT yang dilahirkan di sebuah desa kecil di Kecamatan Bahorok Oleh seorang Ibu yang bernama Salimah Binti Mulia Karo Karo yang merupakan buah perkawinannya dengan seorang Pria bernama Kuling Maha tepatnya pada tanggal 5 April 1975. Disaat lahir nama yang saya sandang saat ini merupakan pemberian dari kakek saya dimana nama yang diberi berkaitan dengan tanggal lahir saya Hari Sabtu bulan April dan bersamaan pada tanggal 5 April. Perjalanan hidup saya berpindah pindah mengikut orang tua yang dahulu sebagai Pegawai Negeri sipil yang sering di pindah pindah tugaskan dari Kota Binjai saya kemudian berpindah sekolah ke SD Kampung Bukit dimana jalan menuju ke sekolah ku ini dulu masih berlumpur tatkala hujan. Masuk pada kelas 3 SD hingga Saya menamatkan sekolah dasar di SD Kampung Bukit ini saya hidup dan tinggal dengan kasih saying nenek dari pihak Ibu saya. Setelah menamatkan sekolah dasar kemudian saya melanjutkan ke sekolah SMP
Di SMP jenjang sekolah lanjutan pertama saya di SMP Negeri Bahorok Kelas 1 dan 2 saya jalani di sekolah ini dengan penuh suka cita. Inilah sejarah saya sehingga membawa kehidupan saya sangat berdekatan dengan Kepariwisataan. Disamping bersekolah sehari hari saya juga menyempatkan diri untuk mencari uang tambahan untuk jajan di sebuah desa kecil yang bernama Bukit Lawang Kecamatan Bahorok. Di desa ini terdapat satu program pelestarian hewan langka yaitu “Orang Utan” dimana tempat pusat rehabilitasi hewan langka yang hanya ada 2 lokasi di Indonesia yaitu di Kalimantan. Banyak nya kunjungan wisatawan asing yang membutuhkan bantuan pemandu wisata untuk menikmati keindahan alam hutan tropis di kawasan ini .membawa saya ikut terlibat dalam kehidupan dan berperan sebagai pembantu Pemandu Wisata “Jungle Trek Guide”. Menjadi pelayan itulah yang menjadi titisan hidup saya. Kehidupan ini terus ku jalani sehingga saat nya aku menginjak menduduki bangku sekolah di kelas 3 SMP saya berpindah sekolah ke SMP Negeri Lau Baleng yang merupakan kota dimana handai tolan dan keluarga dari pihak Ayah ku banyak bermukim dan tinggal disana. Tugas yang di emban orangtu sebagai pelaksana tugas Camat di Kecamatan Mardingding membawa aku berpindah sekolah. Di Kampung kelahiran Ayah tercinta ini Saya mendapatkan berbagai ilmu yang bermanfaat khususnya lebih mendalami adat istiadat kaum kami yaitu Suku Karo. Selama lebih kurang 1 ½ tahun Saya mendapatkan berbagai kearifan masyarakat karo dan membawa saya juga lebih fasih untuk berbahasa Karo, selama di Lau Baleng aku lebih bisa berkomunikasi dengan berbahasa Karo sebab sebelumnya aku lebih fasih dalam berbahasa Melayu karena desa kelahiranku itu mayoritas kaum Melayu. setelah menamatkan jenjang sekolah menengah pertama (SMP) kemudian aku hizrah ke Kota Medan untuk melanjutkan sekolah kejuruan .... Berbekal bahasa Inggris dan pernah hidup di kawasan wisata di Bukit Lawang dan sempat ikut ikutan menjadi asisten pemandu wisata dan menjadi waiter di wisma milik paman yang bernama Bukit Lawang Cottage ...
Bersekolah di kota Medan yang membutuhkan biaya besar membuat aku harus sering pulang ke Bukit Lawang untuk mencari biaya tambahan dengan membantu di wisma paman pada saat akhir pekan .... kegiatan in terus berjalan pada waktu aku sempat tinggal di usaha percetakan di simpang Kampus USU medan yang milik sepupu ku untuk membantu kegiatan usaha ini di luar jam sekolah .....
Setelah selesai di SMIP Pencawan Medan aku dan seorang teman ku bernama Oslan Herijon :Lingga yang saat ini menjadi Dosen di Akpar Medan berniat untuk tidak melanjutkan sekolah ke jenjang Universitas atau pun Akademi, Kami berniat untuk bekerja di wisma Sri Said yang pemiliknya adalah keluarga sendiri... Namun memang takdir berkata lain. Pada satu Malam kami berdua di panggil oleh Paman Ku Said Purba ...di beri wejangan dan Nasehat hingga akhirnya kami berdua pun memilih untuk melanjutkan sekolah di Balai Pendidikan dan Latihan Pariwisita atau BPLP Medan pada saat itu ....
Setelah mengikuti 2 (dua) kali test kami pun ditetapkan lulus masuk di Lembaga Negeri yang melatih tenaga profesional di bidang Pariwisita saya di Jurusan Room Division dan temen saya Osland di Jurusan Tours and Travel yang dia pilih sesuai dengan jurusan kami disaat duduk di bangku SMIP Pencawan Medan
BPLP Medan ini lah Aku berkesempatan dan terpilih untuk mewakili mahasiswa dari kampus ku ini untuk magang di Singapore selama 6 Bulan. suatu kebanggaan bagi ku untuk ikut program pemagangan ....Amara Hotel di Tanjong Pagar Road Singapore sebagai tempat ku Magang...kamki melaksanakan magang hanya 4 bulan lebih saja sebab kami terlambat berangkat di karena pengurusan dokumen perjalanan dan work permit yang mengakibatkan kami terlambat dari jadwal keberangkatan .....
Aktif diberbagai kegiatan di Kampus juga memberikan makna dan pengalaman yang berarti bagi saya sehingga diberikan amanah untuk menjadi Ketua Panitia pada kegiatan Orientasi Penerimaan siswa Baru (Ospek) pada Tahun 1996 di Kampus BPLP yang sekarang menjadi AKPAR Medan (Akademi Pariwisata). Setelah Tamat dari kampus yang sangat bergengsi di Kota Medan pada saat itu saya kembali ke kampung halaman di Bukit Lawang untuk mencoba menerapkan ilmu ilmu pelajaran yang di dapatkan di Kampus selama belajar di Balai Pendidikan dan Latihan Pariwisata yang merupakan Milik Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi sekarang menjadi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Tidak terlalu lama salah seorang senior saya menawarkan untuk bekerja di Bintan di sebuah Hotel yang berbintang 5 katanya ….Hmmmmmm…sebuah tawaran yang menggiurkan sehingga saya pun dengan semangat untuk mempersiapkan keberangkatan menuju Pulau Bintan yang sebelumnya tidak pernah saya kunjungi dan belum pernah terbayang seperti apa Pulau ini, yang saya ketahui ialah penghasil Bauksit dan itupun pernah menjadi pelajaran hapalan. Perjalan Menuju pulau Bintan di lalui melalui satu proses yang tidak begitu susah dengan seizin Ibunda tercinta saya pun berangkat melalui Bus dengan jarah tempuh lebih kurang 12 Jam menuju Kota Dumai. Berangkat malam kira kira pukul 19.00 tiba di Kota itu pukul 07.00 pagi kemudian dilanjutkan dengan ferry (kapal dengan kecepatan tinggi) menuju Kota Batam. Dari Pulau yang sangat dikenal sebagai Kota industri ini saya pun melanjutkan perjalanan dengan menggunakan speed boat menuju Pulau Bintan. Setibanya saya di Pulau ini saya sangat kagum dengan fasilitas yang ada di kawasan ini yang memang di persiapkan sebagai wahana pariwisata yang terpadu mulai dari pelabuhan dan sarana jalan, hotel dan sarana rekereasinya lengkap. Ketibaan saya di Pulau ini pun sudah di sambut salah seorang alumni kampus kami yang dengan ramah suka cita mengatarkan saya ke Hotel Sedona Bintan Lagoon. Sebuah Resort berkelas Internasional dengan kapasitas kamar 463 kamar dan 57 Villa.
Kesabaran saya di uji saat itu, ketika beberapa hari saat saya tiba di Pulau Bintan terjadi isu yang bedampak penurunan jumlah kunjungan wisatawan sehingga lamaran pekerjaan saya untuk bekerja di Hotel yang Berbintan Lima itu pun tertunda sehingga saya harus bersabar untuk di panggil lagi. Namun memang rezeki tidak kemana tidak sampai 1 (satu) buloan Menunggu saya pun di terima sebagai waiter room service. Pekerjaan di Hotel ini saya geluti dan saya cintai. Lagi lagi organisasi yang menjadi kegemaranan saya sehingga saya terlibat dalam keorganisasian yang menaungi pekerja pekerja di Hotel itu atau serikat pekerja seluruh Indonesia (SPSI) Pariwisata. Awalnya saya adalah salah satu ketua Bidang di Organisasi ini kemudian akhirnya pada pemilihan pengurus pada masa kepengurusan yang baru saya terpilih sebagai Ketua pada tahun 2000.
Tahun 2003 saya berencana untuk kembali ke kampung halaman saya di Bukit lawang untuk meneruskan dan membina usaha perhotelan milik kerabat keluarga disana, namun Langkah, Rezeki, Pertemuan dan Maut memang sulit diprediksi. Perjalanan dan langkah hidup saya berubah dari apa yang saya rencanakan yang awalnya sudah mengajukan pengunduran di di Hotel yang saat itu sangat nyaman dan bergengsi untuk kembali ke Kampung.
Perjalanan Saya Ke Pulau Penyengat sebuah Pulau Kecil di sebelah Barat Kota Tanjungpinang memberikan warna indah bagi kehidupan saya, berawal dari kunjungan ke Pulau itu untuk membawa team sepak bola untuk mengikuti tournamen di Pulau yang mungil itu. Saya dulu pemain sepak bila juga loo..... kayaknya sekarang sih udah berat lah...... Pertemuan dengan seorang gadis cantik dan memiliki senyuman yang menawan, menambatkan hati saya untuk berkenalan dengan nya, berkat bantuan seorang teman yang memang lahir dan besar di Pulau itu akhirnya hubungan kami terjalin. Saya harus akui bahwa memang takdir itu Allah yang menentukan, rencana untuk kembali ke Kampung Halaman di Bukit Lawang ternyata berbeda seeperti yang direncanakan. Hubungan kasih dan cinta yang ku jalin dengan Gadis dari Pulau Penyengat ini menjadi pembicaraan yang lebih serius. Hubungan ini semakin erat tatkala aku harus di rawat di sebuah rumah sakit di Tanjungpinang, dikala itu lah ia sering memberikan perhatian khusus buat ku. Dengan modal keberanian dan solo karier aku meyakinkan kedua orang tuanya untuk mempersuntingnya sebagai calon pendamping hidup ku yang saat itu aku adalah seorang pengangguran yang tidak memiliki mata pencaharian, sempat terpikir oelh orang tuanya bahwa apakah aku sanggup menghidupi keluarga dengan tanpa memiliki pekerjaan, ini masa masa yang sulit bagi ku. Kesepakatan pun dibuat akhirnyanya kekuatan Cinta dan Sayang menyatukan kami. Dialah Ima Yohana yang menjadi Pendamping Hidupku yang saat ini memberikan ku kehangatan dan membuahkan 2 orang insan manusia yang Soleha dan Soleh dan berbakti kepada kedua Orang tuanya. Raissa Almira Ulina ialah seorang Putri hasil dari perkawinan kami lahir di tahun 2004, Kemudian Raimanda Mahanta Sembiring seorang putra yang lahir di tahun 2007. Kehidupan kami Bahagia saat ini dengan nikmat dan ridho yang senantiasa di Berikan Allah SWT. Semoga saya bisa berguna bagi Keluarga, Agama, dan Bangsa yang tercinta ini
This is my Life .... |
No comments:
Post a Comment